Jakarta – PT PLN (Persero) menargetkan lonjakan permintaan listrik nasional mencapai 511 terawatt hour (TWh) pada tahun 2034, naik signifikan dari 306 TWh pada 2024. Proyeksi ini didorong oleh pertumbuhan pusat data (data center), hilirisasi sektor mineral dan energi, serta tren penggunaan kendaraan listrik.
Target tersebut tercantum dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang baru dirilis oleh Kementerian ESDM dan PLN. Dalam dokumen tersebut, PLN juga merencanakan penambahan kapasitas pembangkit hingga 69,5 gigawatt (GW) dalam periode 10 tahun ke depan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan bahwa proyeksi permintaan ini mempertimbangkan skenario pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan mencapai 8 persen pada 2029. Ia menyoroti perlunya penyesuaian pendekatan perencanaan, mengingat RUPTL sebelumnya mengakibatkan kelebihan pasokan di sejumlah wilayah akibat ketidaksesuaian antara lokasi pertumbuhan permintaan dan pasokan listrik.
“Karena itu, RUPTL kali ini lebih detil dan berbasis pemetaan wilayah,” ujar Darmawan dalam acara Diseminasi RUKN dan RUPTL 2025–2034.
Ia mencontohkan permintaan di Pulau Jawa yang relatif stabil, tumbuh secara organik sekitar 4,3 persen per tahun. Namun, angka tersebut diperkirakan dapat meningkat hingga 6,1 persen seiring ekspansi pusat data di Jakarta, Bekasi, Karawang, hingga Banten. Pulau Batam juga disebut sebagai salah satu wilayah pengembangan utama data center.
Selain itu, lonjakan permintaan listrik juga dipicu oleh investasi hilirisasi sektor mineral dan batu bara (minerba), serta kelapa sawit. Ditambah lagi, adopsi kendaraan listrik dan elektrifikasi rumah tangga turut mendorong peningkatan konsumsi energi.
Secara regional, pertumbuhan tertinggi diperkirakan terjadi di Pulau Jawa dengan tambahan permintaan sebesar 293 TWh, diikuti Sumatera 73 TWh, Kalimantan 29 TWh, Sulawesi 25 TWh, dan Nusa Tenggara Timur 8 TWh—sebagian besar berasal dari permintaan organik.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan data center mendorong pertumbuhan di Banten (28 TWh) dan Batam (17 TWh). Sementara sektor hilirisasi minerba meningkatkan permintaan di Kalimantan Timur (5,3 TWh), Sulawesi Tenggara (17 TWh), dan Maluku (1,3 TWh).
Tambahan lainnya berasal dari:
-
Ibu Kota Nusantara (IKN): 1 TWh
-
Hilirisasi kelapa sawit di Jambi: 4 TWh
-
Kendaraan dan kompor listrik di Jawa Timur: 1,7 TWh
-
Sektor maritim dan pariwisata di NTT: 0,2 TWh
PLN menyatakan komitmennya untuk menyediakan pasokan listrik yang andal dan berkelanjutan guna mendukung transformasi ekonomi nasional dalam dekade mendatang.